Malang - Dulu Rock, Sekarang Aremania

Tahun 1970-an, rock menjadi ikon Malang. Kini, giliran Aremania yang menjadi ikon. Sebagian besar pemuda di Malang—bahkan yang tidak suka sepak bola pun— mengidentifikasi dirinya sebagai Aremania. Kok bisa?

Komunitas pendukung klub sepak bola Arema Malang ini seolah lahir begitu saja pada tahun 1990-an seiring perkembangan klub swasta Arema Malang. ”Tidak ada yang membentuk Aremania karena komunitas ini terbentuk dengan sendirinya. Siapa pun yang mencintai Aremania boleh ikut meski bukan orang Malang,” kata Yuli Sumpil, dirigen Aremania.

Sampai sekarang, komunitas ini dibiarkan cair, tanpa struktur, ketua, apalagi pembina. Maksudnya agar Aremania tidak tersusupi kepentingan tertentu. Aremania tidak ingin seperti komunitas suporter sepak bola di kota lain yang menjelang pemilu bisa diubah menjadi mesin politik. Hanya dengan mempertahankan karakternya yang cair itu, lanjut Yuli, Aremania bisa berkembang dan melekat di hati Arek Malang.

Mengapa Aremania mudah diterima di hati Arek Malang? Cerpenis Ratna Indraswari Ibrahim mengatakan, karakter Aremania sesungguhnya mewakili sifat Arek Malang yang egaliter, guyub, kuat rasa persaudaraannya, dan terus terang. Karena itu, Arek Malang dengan senang hati mengidentifikasi dirinya sebagai Aremania.

Komunitas ini juga masih mempertahankan tradisi untuk berbicara dengan bahasa walikan yang kata-katanya dieja dari belakang. Mas menjadi sam, singo edan menjadi ongis nade, saya menjadi ayas, arek malang menjadi kera ngalam. Cuma kata kodok yang tak mungkin dibolak-balik karena hasilnya tetap kodok juga.

Bagi Fahmi Haris (29), manajer band CCCC, Aremania menjadi semacam identitas khusus bagi anak muda Malang yang kini hidup di zaman global yang serba seragam. ”Kalau bicara arek-arek, mungkin kita sama dengan Arek Suroboyo, Arek Kediri, Arek Tulungagung. Tapi, kalau sudah bicara sepak bola kita beda. Kami tidak mau disamakan dengan bonek (bondo nekad) sebab kalau nonton bola kami semuanya bayar,” ujar Fahmi.

Fahmi melanjutkan, Aremania juga menjadi sebuah tempat untuk memperjuangkan visi bersama, yakni membela kebenaran. Pernyataan Fahmi ini seolah menemukan aktualitasnya ketika kita menengok sejumlah kaos Aremania. Beberapa kaos bertuliskan kecaman dan kritik keras terhadap kinerja PSSI di bawah pimpinan terhukum Nurdin Halid.

Sources : http://www.kompas.com/kompascetak.php/read/xml/2008/05/25/00391460/dulu.rock.sekarang.aremania

Comments :

0 comments to “Malang - Dulu Rock, Sekarang Aremania”